Jumat, 18 Januari 2008

Tak Bijaksana Adili Pak Harto

Indonesianis Asal Perancis:

Tak Bijaksana Adili Pak Harto

Paris, Pelita
Seorang ahli Indonesia atau Indonesianis asal Perancis, Francois Raillon, mengingatkan Pemerintah Indonesia seharusnya tidak meneruskan tindakan hukum terhadap mantan Presiden HM Soeharto (Pak Harto) dalam kondisi kritis yang dialami saat ini.
Menurut Francois Raillon di Paris, Rabu (16/1), selain dugaan tindakan yang dianggap sudah merugikan negara, maka jasa-jasa Pak Harto juga tidak kalah penting dalam sejarah Indonesia, berupa stabilisasi politik selama tiga dasawarsa, kemakmuran ekonomi, dan swasembada beras.
Sejarawan sudah mencatat kesalahan yang dilakukan Pak Harto sewaktu berkuasa. Tapi lihatlah juga jasa yang dilakukannya. Ia sudah menciptakan golongan menengah yang sekarang menjadi demokratis, terjaganya keterpaduan NKRI meskipun dilakukan dengan kekerasan, ujarnya kepada Antara.
Direktur Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS) kajian Asia Tenggara, yang juga guru besar kajian Asia Tenggara Sekolah Tinggi Ilmu Sosial (EHESS) Paris itu, menegaskan, mengadili Pak Harto juga secara potensial dapat memecah-belah masyarakat.
Penilaian atas dosa dan jasa Pak Harto tidak dapat dilakukan melalui proses peradilan. Biarkan sejarawan yang mencatat semuanya, ungkapnya.
Berkaitan dengan pelanggaran Tap MPR No 11/1998 jika Pak Harto tidak disidangkan, Raillon justru menganggap bahwa penghentian terhadap kasus hukum Pak Harto bukan melanggar Tap MPR mengingat sudah ada usaha nyata mengusut harta kekayaannya.
Tidak sendiri
Raillon kemudian memberi analisis, jika Pak Harto disidangkan, paham negara hukum di Indonesia mungkin makin kuat dan dalam hal itu kaum reformator diuntungkan. Namun, jika Pak Harto tidak disidangkan maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)-lah yang diuntungkan.
Dikatakannya, selama kekuasaan Pak Harto, masyarakat Indonesia berasal dari kondisi yang masih terbelakang dan belum berkembang pada waktu itu sehingga masih belum mampu menjadi demokratis seperti pada zaman sekarang ini.
Oleh karena itu ia menganggap menyidangkan Pak Harto dan rezimnya tidak bermanfaat atau tidak realistis karena sebenarnya satu tipe masyarakat tertentu dengan nilai-nilai otoritarian seperti dialami di bawah kekuasaan Orde baru tidak bisa disidangkan oleh lembaga peradilan mana pun.
Ia mengajak masyarakat Indonesia membiarkan para ilmuwan untuk mengkaji, menilai dan menjelaskan apa yang terjadi di Indonesia selama 32 tahun dibawah seorang pemimpin seperti Pak Harto.
Tindakan seperti itu malah untuk kepentingan Republik Indonesia di masa yang akan datang.
Lagi pula, tambah dia, kesalahan Pak Harto tidak dapat dipikul oleh Pak Harto sendiri saja meskipun dialah arsitek dan dan pemimpin tertinggi orde baru.
Alasannya, menurut Raillon, Pak Harto tidak mungkin berkuasa atas bangsa sebesar Indonesia tanpa bantuan dan dukungan sebagian besar masyarakat Indonesia itu sendiri.
Tidak dapat dipungkiri kalau pihak-pihak yang menolak dan orde baru ternyata banyak juga yang pernah menjadi elit atau pembantu Pak Harto selama kekuasaannya, tutur pakar politik dan sejarah yang sudah mempelajari Indonesia sekitar 40 tahun itu.
Sri Sultan dan Ali Sadikin
Sri Sultan Hamengkubuwono X, bersama istrinya, KGR Hemas, tidak banyak berkomentar selain hanya membesuk mantan Presiden HM Soeharto di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, dan mendoakan agar Bapak Pembangunan Indonesia segera sembuh.
Sri Sultan yang mengenakan kemeja batik itu, langsung masuk mobil Mercy B 10 QV warna hitam, usai membesuk Pak Harto, Rabu (16/1) pukul 17.40 WIB. Kita ikut mendoakan agar Pak Harto segera sembuh, ujarnya, menjawab pertanyaan wartawan.
Sebelumnya, mantan Pangkopkamtib, Sudomo, juga menjenguk Pak Harto. Begitu juga penasehat hukum Pak Harto, Juan Felix Tampubolon. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin juga terlihat berkunjung ke RSPP, kemarin siang.
Sementara, secara perlahan ketergantungan terhadap alat pernafasan bagi mantan Presiden HM Soeharto, mulai dikurangi. Rendahnya tekanan darah mantan Presiden Soeharto, Rabu (16/1) siang, diyakini karena terjadinya infeksi sistemik atau menyeluruh di tubuh Pak Harto. Akibatnya, tekanan darah ini mempengaruhi fungsi jantung dan paru-paru. Disebutkan pula, infeksi yang terjadi kemungkinan berasal dari alat pernafasan (ventilator) yang dipasang.
Tim dokter yang menanganinya sendiri belum punya perkiraan pasti waktu yang tepat bagi Pak Harto untuk bisa bernafas sendiri secara penuh. Namun demikian, melihat tingginya semangat hidup pak Harto, tim dokter yakin kemungkinan untuk melepas penuh ventilator cukup besar.
Dikatakan, Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Mardjo Soebiandono bahwa 70 persen pernafasan Pak Harto dilakukan sendiri, sedangkan sisanya dibantu ventilator. Dengan kata lain, hingga kini alat pernafasan belum dilepas sepenuhnya.
Ditegaskan Tim Dokter Kepresidenan bahwa kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto saat ini masih labil. Tekanan darah mencapai titik terendah yaitu 30 hingga 40 milimeter air raksa. Akibatnya, aliran darah ke jantung bermasalah dan masuknya nutrisi juga terhalang. Selain itu, gerak jantung juga tidak sinkron karena organ vital yang sebelah kanan ini lemah.
Mengenai ventilator, dijelaskan secara bertahap akan dilepas. Sebab, menurut salah seorang anggota tim, dokter Christian, nafas Pak Harto mulai menguat dan yang bersangkutan tidak lagi bernafas melalui ventilator.
Ini jelas sebuah kabar baik karena Rabu ini merupakan hari kelima dipasangnya ventilator yang merupakan batas akhir penggunaan alat tersebut, tuturnya. Jika terlalu lama dipasang, ventilator akan menimbulkan efek samping yaitu menimbulkan bakteri. Infeksi pada paru-paru pasien sudah berkurang dengan bertambahnya jumlah sel darah putih.
Tim dokter juga tidak bisa memberikan keterangan tentang kondisi Pak Harto secara rinci. Hal ini dikarenakan adanya teguran dari Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK) yang mengingatkan agar tidak terlalu detil memberikan informasi kepada pihak ketiga. Meski demikian, pihak keluarga pasien menurut tim dokter belum pernah mengajukan keberatan atas informasi yang selama ini diberikan.(jon/oto/dew/naz)

Tidak ada komentar: